Tidaklah mengherankan bila flavor masih menjadi primadona perdagangan ingridien pangan dewasa ini. Pengamatan secara awam menunjukkan bahwa selain flavor house multinasional yang sudah dikenal mapan selama ini, nampak pula kemunculan “pemain-pemain baru” terutama dari Cina walau baru sebatas pada agensi.
Mungkin telah banyak yang menyadari bahwa kemajuan pengetahuan menunjukkan pengendalian cita rasa tidak hanya terbatas pada penambahan perisa pemberi cita rasa lengkap tetapi juga dapat dilakukan dengan penggunaan flavorenhancer (penguat cita rasa), flavor modification (pemodifikasi cita rasa) dan flavor inhibitor (penekan cita rasa). Pemanfaatan efek trigeminal dalam kreasi flavor juga semakin marak dewasa ini. Semua ini menambah tantangan sekaligus peluang bagi produsen dalam menjadikan flavor sebagai kendaraan penciptaan produk baru di dalam dunia pangan yang semakin kompetitif.
Pemantapan regulasi dalam negeri dan implementasinya masih menjadi perhatian penuh anggota Asosiasi Flavor dan Fragran Indonesia (AFFI). Kesertaan AFFI secara partisipasi aktif dalam berbagai kegiatan baik yang dilaksanakan oleh Badan POM RI maupun MUI-BPOM diharapkan dapat mempercepat terciptanya perundangan dengan peraturannya yang tidak saja mampu melindungi konsumen namun juga dapat diimplementasikan oleh pihak produsen secara teknis.
Adanya peraturan negara yang mengatur keamanan produk dan ketentuan kehalalan flavor yang jelas dan dapat ditaati dengan kapasitas standar masih menjadi komitmen penuh para anggota AFFI.
Penyiapan sumber daya manusia (SDM) lokal yang memahami dunia flavor dan peraturannya merupakan kebutuhan yang semakin dirasakan oleh praktisi dunia pangan. Pembekalan pengetahuan akan flavor lebih awal bagi para calon praktisi pangan nampaknya menjadi suatu kebutuhan yang akan menjadi tren ke depan. Permintaan tenaga kerja di bidang flavor semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kemampuan tenaga kerja Indonesia yang tidak saja mampu berkiprah di tingkat nasional tetapi juga tak kalah bersaing di tingkat regional dan internasional mengundang banyak permintaan di perusahaan multinasional. Oleh karenanya tidaklah mengherankan bila undangan mengajar di berbagai Perguruan Tinggi maupun perusahaan baik dalam bentuk kuliah umum, workshop (lokakarya), pelatihan maupun sekedar dialog interaktif terus mengalir.
Kerjasama yang baik antara dunia akademik dan perusahaan penyedia ingridien perisa (essential oil, fraksi-fraksi komponen flavor, oleoresin, dan lain-lain) maupun flavor house dalam pengembangan cita rasa lokal kiranya juga dapat menjadi peluang utama menciptakan perkembangan “dunia” flavor dalam negeri yang lebih kondusif. Pengamatan pasar menunjukkan adanya tren masyarakat yang menginginkan adanya “signature flavor” dari tiap daerah yang dapat dimunculkan pada produk. Peran flavor yang tidak saja berpengaruh secara fisik tetapi juga pemuas batin (psikis) membuka lebih peluang pengembangan “perisa lokal” di masa yang akan datang. Suatu hal yang menarik untuk dicermati.
Oleh : Prof. C. Hanny Wijaya
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, FATETA IPB Bogor, dan Presiden AFFI Periode 2010-2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar